Materi Kajian :
1. Arti
Wahyu
2. Proses
Wahyu Allah pada Malaikat
3.
Proses Turunnya Wahyu Kepada Nabi
4.
Beberapa Tuduhan & Jawaban seputar
Wahyu
1. ARTI
WAHYU
a. Pengertian
Wahyu secara Bahasa
Dikatakan wahaitu
ilaih dan auhaitu, bila kita berbicara kepadanya agar tidak
diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui
pembicaran yang berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata,
dan terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota badan.
Al-wahy
atau wahyu adalah kata masdar ( infinitif ); dan materi kata itu menunjukkan
dua pengertian dasar, yaitu ; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka
dikatakan bahwa wahyu adalah : pemberitahuan
secara tersembunyi dan cepat dan khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu
tanpa diketahui orang lain.
b. Pengertian
Wahyu dalam Istilah Syar'i
Secara istilah wahyu didefinisikan sebagai : kalam Allah
yang diturunkan kepada seorang Nabi`. Definisi ini menggunakan pengertian
maf`ul, yaitu al muha ( yang diwahyukan ).
Ustadz Muhammad Abduh membedakan antara wahyu dengan ilham
. Ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa
yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal sepeti itu serupa
dengan rasa lapar, haus sedih da senang.
2. CARA
WAHYU TURUN PADA MALAIKAT
Didalam Al- Quranul Karim terdapat nash mengenai kalam
Allah kepada para malaikatnya : diantaranya :
1) `Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: `Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.` Mereka berkata: `Mengapa Engkau
hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya .`(
al-Baqarah : 30 ).
2) Juga
terdapat nash tentang wahyu Allah kepada mereka : `Ketika Tuhanmu mewahyukan
kepada para malaikat : `Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan
orang-orang yang telah beriman`.( al-Anfal : 12 ).
3) Disamping
itu ada pula nash tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia menurut
perintah-Nya. `Demi malaikat yang mebagi-bagi urusan.`( ad-dzariyat : 4 ).
Nash-nash diatas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah
berbicara kepada para malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang
dipahami oleh para malaikat itu. Hal itu diperkuat oleh hadis dari Nawas bin
Sam`an r.a yang mengatakan :
Rasulullah SAW berkata :
`Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu
urusan, Dia berbicara melalui wahyu; maka langitpun tergetarlah dengan getaran-
atau Dia mengatakan dengan goncangan-yang dahsyat karena takut kepada Allah
Azza wa jalla. Apa bila penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan
bersujudlah mereka itu kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka
diantara mereka itu adalah jibril, maka Allah membicarakan wahyu itu, kepada
jibril menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian jibril berjalan melintasi
para malikat, setiap kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya
malaikat langit itu; apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai jibril ?
jibril menjawab : Dia mengatakan yang hak. Dan Dialah yang maha tinggi lagi
Maha Besar. Para malikatpun mengatakan seperti apa yang dikatakan jibril. Lalu
jibril menyampaikan wahyu itu seperti apa yang diperintahkan Allah azza
wajalla.`
Hadits di atas menjelaskan bagaimana wahyu turun. Pertama
Allah berbicara, dan para malikatnya mendengar-Nya. Dan pengaruh wahyu itupun
sangat dahsyat; apa bila pada lahirnya- didalam perjalanan jibril untuk
menyampaikan wahyu-hadis diatas menunjukkan turunnya wahyu khusus mengenai
Quran, akan tetapi hadis tersebut juga menjelaskan cara turunnya wahyu secara
umum.
3. CARA
WAHYU ALLAH TURUN KEPADA PARA RASUL
Allah memberikan wahyu kepada para rasul-Nya ada yang
melalui perantaraan dan ada yang tidak.
CARA PERTAMA : TANPA MELALUI
PERANTARAAN.
Diantaranya ialah dengan :
1) Mimpi
yang benar didalam tidur.
`Dari Aisyah r.a dia berkata : sesungguhnya apa yang
mula-mula terjadi pada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar diwaktu tidur,
beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya di
waktu pagi hari.`
Di antara alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar
bagi para Nabi adalah wahyu yang wajib diikuti, ialah mimpi Nabi Ibrahim agar
menyembelih anaknya, Ismail. (as-Saffat : 101-112).
Mimpi yang benar itu tidaklah khusus bagi para rasul
saja, mimpi yag demikian itu tetap ada pada kaum mukminin, sekalipun mimpi itu
bukan wahyu.hal itu seperti dikatakan oleh Rasulullah SAW : `Wahyu telah
terputus, tetapi berita-berita gembira tetap ada, yaitu mimpi orang mukmin.`
Mimpi yang benar bagi para nabi diwaktu tidur itu
merupakan bagian pertama dari sekian macam cara Allah berbicara seperti yang
disebutkan didalam firman- Nya:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ
أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ
رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
`Dan tidak mungkin bagi
seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.`(as-Syuraa : 51 ).
2) Kalam
ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara.
Yang demikian itu terjadi pada Nabi Musa a.s. Sebagaimana
firman Allah SWT :
لَمَّا جَاءَ مُوسَى
لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ
Artinya :Dan tatkala Musa
datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
kepadanya, berkatalah Musa: `Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku dapat
melihat kepada Engkau`.( al-Araaf : 143 ).
Demikian pula menurut pendapat yang paling sah, Allah pun
telah berbicara secara langsung kepada Rasul kita Muhammad saw. Pada malam
isra` dan mi`raj. Yang demikian ini yang termasuk bagian kedua dari apa yang
disebutkan oleh ayat diatas ( atau dari balik tabir ).
CARA KEDUA MELALUI
PERANTARAAN MALAIKAT
Ada dua cara penyampaian
wahyu oleh malaikat kepada Rasul :
1) Cara
pertama
: Datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan suara yang amat kuat
yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala
kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat baat Rasul.
Apa bila wahyu yang turun kepada Rasulullah SAW dengan
cara ini maka ia mengumpulkan semua kekuatan kesadarannya untuk menerima,
menghafal dan memahaminya. Dan mungkin suara itu sekali suara kepakan
sayap-sayap malaikat, seperti diisyaratkan didalam hadis .
2) Cara
kedua :
Malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia.
Cara ini lebih ringan dari pada yang sebelumnya. Karena ada kesesuaian antara
pembicara dan pendengar. Rasul meraa senang sekali mendengar dari utusan
pembawa wahyu itu. Karena merasa seperti manusia yang berhadapan saudaranya
sendiri.
Keduanya cara di atas disebutkan dalam hadis yang
diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mu`minin r.a bahwa haris bin Hisyam r.a bertanya
kepada Rasulullah SAW mengenai hal itu dan jawab Nabi : ` Kadang-kadang ia
datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng, dan itulah yang paling berat bagiku,
lalu ia pergi, dan aku telah menyadari apa yang dikatakannya. Dan terkadang
malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara
kepadaku, dan akupun memahami apa yang ia katakan`.
Aisyah juga meriwayatkan apa yang dialami Rasulullah SAW
berupa kepayahan , dia berkata : `Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang
turun kepadanya pada suatu hari yang amat dingin, lalu malaikat itu pergi.
Sedang keringatpun mengucur dari dahi Rasulullah`.
4. TUDUHAN & JAWABAN SINGKAT SEPUTAR WAHYU
Permasalahan wahyu sering menjadi sasaran tuduhan kaum
jahiliyan dari dulu hingga sekarang ( kafir qurays hingga orientalis masa kini
) dalam rangka mengkaburkan keyakinan kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari
Al-Quran, diantaranya sebagai berikut :
Pertama
: Meraka
mengira bahwa Qur`an dari pribadi Muhammad; dengan menciptakan maknanya dan dia
pula yang menyusun ` bentuk gaya bahasanya` ; Qur`an bukanlah wahyu.
Kita jawab dengan, bagaimana dengan
ayat-ayat Al-Quran yang jelas-jelas 'memperingatkan' & 'menyalahkan'
Rasulullah SAW dalam beberapa momentum, seperti ketika Rasulullah SAW
mendahulukan mendakwahi pembesar quraiys dan tidak mempedulikan Abdullah bin
Ummi Maktum ? (QS Abasa 1-10), atau saat Rasulullah SAW memutuskan untuk
menyerahkan tawanan perang Badr dengan tebusan ?. Maka jika itu benar buatan
Nabi, sungguh mustahil Nabi berbuat sesuatu lalu menegur dirinya sendiri.
Begitu pula saat momentum lain,
dengan peristiwa yang dikenal sebagai haditsul ifki, dimana kehormatan
keluarga nabi tercoreng dengan isu yang melanda seisi kota tentang
ketidaksetiaan ibunda Aisyah. Kasus ini cukup lama membuat Madinah bergejolak,
tapi Rasulullah SAW bergeming dan menunggu jawaban tuntas dari Al-Quran untuk
membebaskan ibunda Aisyah dari tuduhan tersebut. Sekiranya nabi sendirilah yang
membuat al-Quran, maka mestinya ia tidak perlu repot-repot menunggu turunnya
wahyu dengan kondisi yang segenting itu.
Kedua
: Mereka menyangka bahwa
Rasulullah SAW mempunyai ketajaman otak, kedalaman penglihatan, kekuatan
firasat, kecerdikan yang hebat, kejernihan jiwa dan renungan yang benar, yang
menjadikannya memahami ukuran ukuran yang baik dan yang buruk, benar dan salah
melalui ilham ( inspirasi ), serta mengenali perkara-perkara yang rumit melalui
kasyaf. Sehingga Qur`an itu tidak lain dari pada hasil penalaran intelektual
dan pemahaman yang diungkapkan oleh Muhammad dengan gaya bahasa dan
retorikanya.
Kita
Jawab, bahwa segi
berita yang merupakan bagian terbesar dalam Quran tidak diragukan oleh orang
yang berakal bahwa apa yang diterimanya hanya berdaarkan kepada penerimaan dan
pengajaran. Qur`an telah menyebutkan berita-berita tentang umat terdahulu,
golongan-golongan dan perisiwa sejarah dengan kejadian-kejadiannya yang benar
dan cermat, seperti halnya yang disaksikan oleh saksi mata. Sekalipun masa yang
dilalui oleh sejarah itu sudah amat jauh. Bahkan sampai pada kejadian pertama
alam semesta ini. Begitu pula ayat yang menjelaskan tentang hari kiamat, serta
gambaran surga dan neraka dengan lengkap. Hal demikian tentu tidak dapat
memberikan tempat bagi penggunaan pikiran dan kecermatan firasat. Secerdas
apapun manusia, bahkan hingga hari ini dengan zaman yang penuh teknologi, tetap
tidak bisa menyentuh pemberitaan-pemberitaan ghaib tersebut.
Ketiga
: Mereka
menyangka bahwa Muhammad telah menerima ilmu-ilmu Quran dari seorang guru.
Kita jawab bahwasanya Muhammad SAW tumbuh dan hidup dalam keadaan buta huruf
dan tak seorang pun diantara masyarakatnya yang membawa simbol ilmu dan
pengajaran, ini adalah kenyataan yang disaksikan oleh sejarah, dan tidak dapat
diragukan. Bahkan kita juga menyaksikan bahwa beliau di masa kecilnya tidak
tumbuh dengan bimbingan khusus dari ayahandanya dan juga kakeknya. Oleh
pamannya Abu Tholib, Muhammad SAW justru lebih diarahkan untuk menjadi
pedagang, hingga ikut serta dalam perjalanan dagangnya ke negri Syam yang
akhirnya bertemu dengan pendeta Bukhaira. Tetapi meskipun dengan pendeta
tersebut, Muhammad SAW yang masih kecil waktu itu tidak sekalipun menimba ilmu
apapun dari pendeta tersebut.[]
Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City - Mapyro
BalasHapusWelcome to Borgata 영주 출장안마 Hotel Casino & Spa, Atlantic 경상남도 출장마사지 City's 고양 출장마사지 premier luxury hotel destination, 경상북도 출장샵 casino, entertainment, dining, and more! 강릉 출장샵